20 November 2009

Sentuhan Batin Seorang Anak

Resensi 'Masa Kanak-kanak' dalam harian Lampung PostJudul: Masa Kanak-kanak
Penulis: Jona Oberski
Penerjemah: Laurens Sipahelut
Penerbit: Pena Wormer, Jakarta, 2009
Tebal: x + 86 Halaman

Dunia batin seseorang dapat berbicara tentang beragaman hal, baik hal personal-transendental, sosial dan budaya, bahkan politik sampai filsafat. Berbagai macam perasaan itu akan hadir "menyentuh" manakala terajut dalam cerita yang menyuguhkan berbagai kemungkinan; di sana dapat ditemukan kualitas cita rasa estetik dari realitas yang diolah lewat kemahiran berbahasa.

Seorang Jona Oberski sangat apik dalam menuangkan cerita masa kanak-kanaknya. Akan tetapi apa yang disajikan Jona sangat kontras dengan dunia anak pada umumnya, di mana sebuah masa kanak-kanak sebagai masa yang sangat menyenangkan, suatu masa yang sangat indah untuk dikenang. Justru apa yang ditampilkan Jona sebaliknya, ia menceritakan pengalaman masa kanak-kanaknya menjelang akhir Perang Dunia II. Terlahir pada 20 Maret 1938 di Amsterdam, kedua orang tuanya adalah pengungsi Yahudi dari Jerman.
Usia 3 sampai 8 tahun Jona kecil bersama orang tuanya hidup di dalam kamp konsentrasi Jerman, hingga akhirnya dalam kehidupan yang penuh dengan penderitaan kedua orang tuanya meninggal dunia. Tentu kebahagiaan dan kerukunan bocah laki-laki dalam kisah hidupnya berubah dengan tiba-tiba; dari kehidupan kanak-kanak yang penuh dengan kehangatan kasih-sayang kedua orang tua menjadi masa suram penuh konflik.
Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis dan masa depan anak. Perlakuan salah yang diterima anak sebagai "korban perang" harus dijalani oleh seorang anak dengan berbagai dampak dan ketakpastian. Masalah psikologis, dari trauma hingga merasa tidak berguna merupakan fakta yang menunjukkan pelanggaran terhadap perlakuan kepada anak.
Buku Masa Kanak-kanak pun hadir di hadapan pembaca lebih merupakan sebuah buku yang bersifat autobiografi dengan menggunakan sudut pandang dan bahasa seorang anak berusia 8 tahun, meski nama si aku lirik dari awal hingga akhir cerita tidak disebutkan, hal ini menurut Dr. Lilie Suratminto, selaku penulis pengantar dalam buku ini, penyajian Jona menggunakan bahasa anak usia 8 tahun, dengan kalimat pendek-pendek: Ibu berkata, aku berkata, aku berseru, aku berteriak, aku berujar, penuh dengan kepolosan tanpa pretensi dan apa adanya.
Beberapa catatan sebagai penagas dalam buku ini seperti ada sebuah kisah yang "melompat", di mana tidak dituliskan oleh Jona, di dalam masa-masa sulit dan sakit, apa yang terjadi selama dua minggu bocah kecil tersebut tertidur lelap. Apa pun yang terjadi pada dirinya selama itu misalnya pipis, lapar, dan lain-lain, tidak disadari. Hal ini disebabkan ibunya telah memberikan pil tidur kepadanya.
Sebagaimana novela, terlebih dalam bahasa anak-anak, pengkisahan Jona membuat emosi pembaca teraduk-aduk, kita membacanya menjadi gemas, geram, sedih, dan haru semuanya menjadi satu dalam menyikapi situasi pada waktu itu. Keadaan demikian dapat menimbulkan traumatis bagi korban kekejaman yang masih hidup, yang telah ditinggalkan oleh orang tua dan saudara-saudara yang dikasihinya.
Begitu tragisnya nasib yang dialami, ternyata hal ini juga berlaku pada Anne Frank, penulis buku harian yang masyhur itu pernah mendekam di kamp konsentrasi Westerbork, yang dalam buku ini kamp konsentrasi Westerbork dikisahkan Jona sebagai asal mula ia merasakan getirnya masa kanak-kanak.
Tri Lestari Sustiyana,pembaca sastra, guru SMPN 3 Jatiagung, Lampung Selatan
Dimuat dalam harian Lampung Post, Minggu, 8 November 2009
Masa Kanak-kanak tersedia di toko buku Gramedia.

03 November 2009

Empat Mata dengan Henk Kraima

Henk Kraima (sumber: www.cpnb.nl) Pada 7 Oktober 2009, di Jakarta, berkat kerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) dan dukungan Asosiasi Desain Grafis Indonesia (ADGI), pusat kebudayaan Belanda Erasmus Huis menyelenggarakan seminar dan diskusi panel bertajuk Kenapa Penampilan Buku Harus Baik.

Panel beranggotakan Henk Kraima (ketua Stichting De Best Verzorgde Boeken atau Yayasan Desain Buku Belanda Terbaik), Dharma Hutauruk (penerbit Erlangga), Sulaiman Budiman (Store Manager Toko Buku Gramedia), dan Hermawan Tanzil (desainer grafis). Sementara panelis terdiri dari kalangan penerbit (termasuk Pena Wormer), desainer grafis, dan pemerhati desain grafis buku.

Selesai diskusi, masih di Erasmus Huis, berlangsung acara pembukaan Pameran Desain Buku Belanda Terbaik. Pameran tersebut, yang diselenggarakan Erasmus Huis bekerja sama dengan Yayasan Desain Buku Belanda Terbaik, berlangsung dari 8 Oktober s/d 12 November 2009.

Berikut obrolan ringan dengan Henk Kraima untuk mengenalnya lebih jauh.

Bisa dijelaskan sedikit mengenai Yayasan Desain Buku Belanda Terbaik?
Ini adalah suatu yayasan yang didirikan kalangan penerbit, toko buku, desainer grafis, dan percetakan [di Belanda]. Tujuannya adalah meningkatkan animo terhadap desain grafis buku serta merangsang kualitas desain dengan saban tahun memilih dan mempertunjukkan 33 buku berdesain terbaik.

Belanda punya reputasi tinggi di dunia desain buku. Faktor apa saja yang berada di balik ini?
Pendidikan berkualitas yang diselenggarakan sejumlah perguruan tinggi; penerbit yang mengapresiasi desain; desainer yang berwawasan internasional.

Sampul buku yang baik mesti...menyentuh hati.

Saya paling tidak tahan melihat sampul buku yang...mirip dengan tetangganya. (jawaban Kraima dalam bahasa Inggris: looks like its neighbour.)

Desain sampul terfavorit sepanjang masa versi Anda pribadi?
Sampul Metropolitan World Atlas (sedang dipamerkan di Erasmus Huis Jakarta) karya desainer grafis Joost Grootens.

Apa kira-kira dampak e-book terhadap dunia desain buku?Peraturan perundang-undangan yang mengatur dunia digital akan berpengaruh pada desain cetak. Pasal, desain buku yang baik senantiasa berinteraksi dengan tren desain penting lainnya.

Masyarakat Belanda gemar membaca buku. Mitos atau fakta?
Fakta. Belanda masuk peringkat 10 besar dalam setiap kategori perbukuan internasional: jumlah toko buku terbanyak per jiwa penduduk, perpustakaan umum, judul baru buku, dsb.

Buku terakhir yang Anda baca?What I talk about when I talk about running karangan Haruki Murakami.

Anda tinggal di Amsterdam. Bagi yang akan mengunjungi kota tersebut untuk pertama kali, pantangan dan anjuran apa yang bisa Anda sarankan?
Kunjungi museum Van Gogh dan ikuti tur wisata lintas kanal. Jangan sewa sepeda. Jangan beli narkoba.

Lagu (atau gubahan instrumental) apa yang menurut Anda paling mewakili Amsterdam?
Tulips from Amsterdam, yang dimainkan seorang pemain organ jalanan. Dan bagi yang bisa bahasa Prancis: Amsterdam oleh Jacques Brel. (pena wormer)




Jika ada pertanyaan langsung untuk Henk Kraima, silakan tuliskan sebagai komentar.