25 Oktober 2009

PD II dalam Layar Lebar Belanda

Yang menonton film Inglourious Basterds (2009) garapan Quentin Tarantino tentu paham bahwa kisahnya, tidak seperti The Reader (2008) atau Valkyrie (2009), merupakan kisah rekaan yang berlatar belakang Perang Dunia II.

Ketiga film tersebut adalah film Hollywood bertemakan Perang Dunia II. Sebagai negara yang mengalami langsung kengerian dan pelbagai akibat dari perang tersebut, Belanda sepertinya tidak mau kalah dengan Paman Sam kalau sudah menyangkut produksi film yang berlatar belakang masa itu. Sineas Negeri Kincir Angin itu ingin memastikan bahwa Belanda pada khususnya dan dunia pada umumnya tidak melupakan konflik terakbar dalam sejarah manusia tersebut.

Berikut adalah film-film Belanda yang bertemakan Perang Dunia II. Hampir semua diadaptasi dari karya sastra Belanda, dan mayoritas mengangkat gerakan perlawanan Belanda terhadap Jerman.


Soldaat van Oranje (Soldier of Orange) (1977)

neerlandsfilmdoek.nlFilm garapan sutradara kondang Paul Verhoeven yang diangkat berdasarkan buku Erik Hazelhoff Roelfzema berjudul Het hol van de ratelslang (1970) ini mengisahkan kiprah seorang mahasiswa Belanda bernama Erik Lanshof (Rutger Hauer) dalam gerakan perlawanan mahasiswa. Film terbaik Belanda sepanjang masa versi filmwereld.net (2006).



Het meisje met het rode haar (The Girl with the Red Hair) (1981)

moviemeter.nlSutradara Ben Verbong mengangkat kisah pejuang perlawanan Belanda Hannie Schaft, seorang mahasiswi hukum, berdasarkan roman Theun de Vries Het meisje met het rode haar (1956). Satu hal penting yang dibahas dalam buku tapi tidak dalam film adalah bahwa Schaft anggota RVV, suatu kelompok perlawanan berhaluan komunis.



Het bittere kruid (Bitter Sweet) (1985)

Sara, seorang remaja Yahudi Belanda, secara perlahan mulai menyadari bahaya yang dihadapi dia dan keluarganya selama masa pendudukan negara itu oleh Jerman. Diangkat dari roman karya Marga Minco.



In de schaduw van de overwinning (Shadow of Victory) (1986)

moviemeter.nlMengisahkan dua anggota gerakan perlawanan Belanda yang mempunyai tujuan yang sama tapi berusaha mencapainya dengan cara masing-masing yang sangat berbeda. Berdasarkan cerita yang ditulis aktor, sutradara, dan penulis Belanda Edwin de Vries.



De aanslag (The Assault) (1986)

Film garapan Fons Rademakers yang pada 1987 menggondol penghargaan Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik ini berbeda dari pendahulunya dalam arti bahwa yang diangkat bukan peperangannya tapi mayat yang didapati di depan kediaman keluarga Steenwyk menyusul sebuah serangan bom. Seluruh keluarga, kecuali Anton Steenwyk (Derek de Lint), diangkut dan dieksekusi. Karena merasa bersalah, bertahun-tahun kemudian Anton melakukan penyidikan: siapa yang melakukan pengeboman, apa peranan tetangga, kenapa justru keluarga dia yang menjadi korban? Hasilnya, De aanslag, yang diangkat dari novel Harry Mulisch itu, menjadi lebih mirip cerita thriller ketimbang kisah perang.



De tweeling (Twin Sisters) (2002)

moviemeter.nlFilm besutan Ben Sombogaart yang diadaptasi dari novel karya penulis Tessa de Loo ini mengisahkan nasib Lotte dan Anna, dua saudara kembar, yang dipisahkan satu sama lain setelah dalam masa perang menjadi yatim piatu: Lotte (Thekla Reuten) bisa tumbuh berkembang bebas bersama orang tua angkatnya di Belanda, tapi Anna (Nadja Uhl) mengalami kebalikannya bersama orang tua angkatnya di Jerman. Saat bertemu kembali, mereka berusaha menjalin kembali hubungan mereka sebagai saudara.



Zwartboek (Black Book) (2006)

roland1975.nlKisah seorang penyanyi Yahudi Belanda yang pada masa Perang Dunia II membantu perlawanan Belanda dengan menyusup ke mabes Gestapo. Zwartboek bukan kisah nyata, tapi menurut Verhoeven sejumlah besar peristiwa benar terjadi. Pada 2008, publik Belanda menobatkan film garapan Paul Verhoeven ini sebagai film terbaik Belanda sepanjang masa. Penulis Belanda Laurens Abbink Spaink mengadaptasi naskah film yang ditulis Paul Verhoeven dan Gerard Soeteman itu menjadi sebuah novel. (berbagai sumber)

11 Oktober 2009

Empat Mata dengan Jona Oberski

Majalah berita Jerman Stern menulis: "Hampir tidak ada laporan autentik tentang pengalaman anak-anak di dalam kamp konsentrasi, tentang penderitaan mereka, dan tentang permainan-permainan mereka... Oberski telah mengalami suatu masa kanak-kanak yang hanya sedikit berhasil melewati dengan selamat... di Bergen-Belsen."
Masa Kanak-kanakJona Oberski lahir di Amsterdam, Belanda, pada 20 Maret 1938. Pada usia lima tahun, saat Perang Dunia II sedang berkecamuk, dia dan kedua orang tuanya diangkut ke kamp Westerbork di Belanda sebelum dibawa ke kamp Bergen-Belsen, Jerman. Oberski sintas dan ia pulang kembali ke Amsterdam, walaupun sebagai anak yatim piatu. Di sana dia menetap dengan keluarga angkat. Antara 1956 sampai dengan 1964 dia mendalami fisika di Universiteit van Amsterdam sampai strata tiga.

Kemudian, pada 1977, dia memutuskan untuk menulis pengalamannya di kamp konsentrasi yang ia tuangkan dalam novela berjudul Kinderjaren, yang selain di Belanda lantas diterbitkan di tujuh belas negara. Pada 2009, karya megah dalam genre sastra perang ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Pena Wormer dengan judul Masa Kanak-kanak.

Oberski menyebut bukunya tersebut, yang terdiri dari dua puluh satu bab singkat, sebagai "suatu cerita pendek". Novela itu ditulis berdasarkan ingatan dia sewaktu berusia lima sampai dengan tujuh tahun, dan pada usia tersebut seorang anak cenderung cepat lupa. Apakah isi novela menggambarkan kejadian-kejadian sebenarnya? "Mungkin ceritanya tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya," ujar Oberski, "tapi kemungkinannya sangat besar bahwa kejadiannya memang seperti itu..."

Berikut wawancara dengan Jona Oberski untuk mengenalnya secara lebih jauh.

Dalam Masa Kanak-kanak (Kinderjaren), Anda menggambarkan dunia kehidupan si bocah dengan begitu hidup. Ambil contoh, misalnya, suasana di dalam kamar utama rumah dalam bab berjudul Tukang pembersih kaca. Komentar Anda.Terima kasih atas komplimennya. Saya berusaha sebisa mungkin untuk membuatnya 'senyata' mungkin.

Apa sebetulnya tugas dari seorang penulis fiksi, apa sesungguhnya yang ingin dicapai olehnya?
Jika ada satu jawaban tunggal atas pertanyaan tersebut, sebaiknya kita berhenti saja membaca. Seorang penulis merasa terdorong untuk menceritakan sesuatu dan, harapannya, sesuatu tersebut bervariasi antarpenulis, dan antarbuku.

Mengapa peristiwa-peristiwa selama Perang Dunia II bisa sampai terjadi?
Dagang sapi di seantero Eropa. Nasionalisme. Ketidakcakapan kemanusiaan. Dan, sayangnya, Perang Dunia II tidak menjadi pembunuhan massal besar yang terakhir di muka bumi ini. Seluruh dunia masih diperhadapkan dengan pelbagai tantangan yang terkait dengan menopang penduduk berjumlah miliaran jiwa agar dapat hidup layak dan memungkinkan orang untuk sekaligus hidup dengan kemerdekaan maksimal.

Buku apa yang Anda baca?Buku terakhir yang saya baca (dalam bahasa Inggris) adalah Castorp (2004) karangan penulis Polandia Pawel Huelle, yang mengisahkan masa-masa kuliah si tokoh utama di Gdansk, sesuatu hal yang, bertahun-tahun sebelumnya, penulis Jerman Thomas Mann singgung sambil lalu dalam sebaris kalimat dalam bukunya The Magic Mountain (1912). Adegan yang paling saya suka dalam buku Huelle ini adalah debat dua laki-laki yang, dari dalam bathtub, berusaha meyakinkan Castorp tentang pendapat mereka.

Film apa yang Anda suka?Film terakhir yang saya sangat suka adalah Mr. Smith Goes To Washington garapan Frank Capra.

Warna iPod Anda?
Saya punya telepon genggam Samsung U800 berwarna keperakan yang saya pakai untuk memutar MP3, merekam catatan lisan, membuat foto dan video, dsb.

Pemanasan global hanya mitos?Bisa jadi penyetopan pemanasan global yang justru mitos.

Hidangan favorit Anda?
Keik berbahan almon giling, parutan kulit lemon, sari lemon, gula, dan telur yang dipanggang pada suhu 160°C selama kurang lebih 35 menit.

Andai kata Anda sedang bersantap malam dengan Einstein. Apa kira-kira topik obrolannya?
Apakah Einstein bisa menjelaskan kepada kita cara mengukur keganjilan yang dia dalilkan ada antara alam semesta kuantum dan gravitasi.

Pada tahun 3000...
Pada tahun 3000 secara sah dan meyakinkan akan terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi adalah sesuatu yang sama sekali tidak relevan. A) Pada tahun 3000 masyarakat zaman itu akan menertawakan bagaimana kita menganggap diri kita begitu arif. B) Pada tahun 3000 tidak akan ada manusia lagi, jadi sebetulnya kita tidak bisa membayangkan mereka seperti apa. C) Pada tahun 3000 populasi manusia telah menipis dan masyarakat dunia yang berjumlah beberapa ratus juta jiwa telah belajar untuk hidup berdampingan secara saling menguntungkan. (pena wormer)

Jika ada pertanyaan langsung untuk Jona Oberski, silakan tuliskan sebagai komentar.
Masa Kanak-kanak (Kinderjaren) tersedia di toko buku Gramedia.

04 Oktober 2009

Jonah Who Lived In the Whale (1993)

rottentomatoes.com
"Look to the sky, and never ever hate."
Novela Jona Oberski Kinderjaren (Masa Kanak-kanak, 2009) ternyata pernah diadaptasi ke layar lebar. Sesuai versi buku, film ini menyorot holokaus lewat mata seorang bocah Yahudi Belanda (dengan nama Jonah) yang bersama kedua orang tuanya dideportasi dari Amsterdam ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen di Jerman. Di sana dia mencoba untuk tetap berpengharapan demi bisa sintas dari kekejaman kamp.

Film arahan Roberto Faenza ini pertama dirilis di Italia pada 1993 dan menggondol penghargaan UNICEF di Moskowa dan tiga penghargaan David di Donatello di Italia.

Di Amerika Serikat, Jonah Who Lived In the Whale dirilis dalam format DVD dengan judul Look to the Sky.


comingofagemovies.comJenis Film: Drama, Sejarah, Perang
Produser: Elda Ferri, Gianna Bellavia
Produksi: Jean Vigo International, French Productions, Focus Films
Durasi: 100 menit
Cast & Crew
Pemain:
Jenner Del Vecchio, Jean-Hugues Anglade, Juliet Aubrey
Sutradara: Roberto Faenza
Penulis: Roberto Faenza, Filippo Ottoni

Trailer